Alat Penghemat Listrik, Benarkah?
Alat Penghemat Listrik ( APL ), pengertian berdasarkan persepsi " penghematan listrik " dari masyarakat pengguna dan mungkin anda yang berencana menggunakan alat ini, adalah alat yang bisa membuat tagihan listrik kita menjadi berkurang dengan pemakaian konsumsi listrik yang sama. Saya rasa bagi anda pembaca yang tertarik menggunakan alat ini, pasti mempunyai persepsi yang sama yang saya utarakan tadi. Saya juga secara pribadi tertarik sekali jika persepsi tentang APL seperti itu, tapi sayang persepsi saya berbeda... he..he.. Anda juga?
Pernahkah anda ditawari alat penghemat listrik ( APL ) untuk rumah? atau anda pernah googling mencari alat penghemat listrik? terus anda merasa sangat terkagum kagum dengan demo langsung dari sales APL serta dengan bahasa-bahasa promosi dari tutorial alat APL ini mungkin anda tergiur membeli dan mencobanya?
Artikel ini saya beri judul " alat penghemat listrik, keliru! " karena memang bagi saya pribadi APL ini masih menjadi kontroversi dibalik persepsi masyarakat awam yang meyakini APL adalah solusi efektif menghemat listrik. Ada kekeliruan dimasyarakat tentang fungsi sebenarnya dari alat penghemat listrik ini.
kontroversi? ya, betul KONTROVERSI.... dari namanya alat penghemat listrik. Apa Anda yakin alat ini bisa menghemat listrik? Apa bisa tagihan listrik bulanan anda jadi berkurang dengan alat ini sedangkan pemakaian listrik tetap sama? Semua pertanyaan ini memang keragu - raguan dalam benak saya. Bukan keragu raguan yang tanpa dasar tentunya, tapi keraguan yang timbul justru karena dasar ilmu listrik yang pernah saya pelajari. Anda tidak percaya dan masih yakin APL ini membantu meringankan tagihan listrik anda? yuk... kita bahas pelan-pelan, mudah - mudahan pembaca yang awam dengan listrik pun bisa mencernanya.
Sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa terbitnya artikel ini semata mata tidak berniat untuk mendeskriditkan pihak tertentu. Ini hanya bentuk tanggung jawab moral saya terhadap masyarakat yang mungkin masih awam dengan kelistrikan sehingga mendapat sedikit pencerahan, karena memang saya juga bagian dari sebuah masyarakat. Benar tidaknya content artikel ini silahkan anda sikapi dengan bijak, tak ada paksaan sedikitpun untuk menggiring persepsi anda agar sama dengan saya. Persepsi yang baik jika didukung dengan ilmu yang relevan.
Baiklah, mari kita mulai dengan pemahaman beberapa konsep listrik yang paling mendasar yang nantinya bisa membantu anda memahami persepsi lain yang berbeda.
Menurut arah arusnya bahwa jenis listrik itu ada 2 macam yaitu listrik AC ( arus bolak-balik ) dan listrik DC ( arus searah )
DC adalah singkatan dari Direct Current atau arus searah, dimana proses mengalirnya arus dalam listrik DC ini searah tidak mengalami siklus positif dan negatif yang saling bergantian. polaritas positif akan tetap menjadi positif dan begitupula yang negatif. Contoh dari listrik DC ini adalah bateray, generator DC, accumulator atau sering disebut dengan aki, dan sejenisnya.
Untuk listrik DC berlaku :
P = V * I (Watt)
P = Daya (dalam Watt)
V = Tegangan (dalam Volt)
I = Arus (dalam Ampere)
Jadi jika anda memiliki sebuah aki 12 Volt digunakan untuk menyalakan lampu sorot mobil, dan misalkan anda ukur arus yang menuju lampu tersebut adalah 1 Amper, maka daya listrik DC yang terpakai untuk menjadi cahaya berikut panas pada lampu tersebut adalah :
P = V * I
= 12 Volt * 1 Amper = 12 Watt
Jadi jika penunjukan arus yang anda lakukan seandainya lebih kecil dari 1 maka otomatis nilai watt nya akan turun juga. Mudah bukan? Tapi ingat bahwa rumus ini hanya berlaku untuk listrik DC ! catat ya!
AC singkatan dari Alternating Current atau arus bolak - balik, dimana proses mengalirnya arus dalam listrik AC ini mengalami siklus yang bergantian / berubah polaritas / bolak-balik dalam 1 perioda. Perioda adalah waktu yang diperlukan untuk mengalami siklus bolak balik arus yang nilainya dipengaruhi besarnya nilai frequensi. Listrik AC ini sudah tidak asing lagi dimasyarakat kita karena contoh dari listrik AC ini kita pakai setiap hari dan kita sangat tergantung dengannya yakni listrik yang dihasilkan PLN, yang kita pakai dirumah kita.
Sering kali diperalatan anda melihat tulisan AC 220 V / 50 Hz, artinya spesifikasi kerja untuk peralatan tersebut adalah listrik AC dengan tegangan 220 V dan frequensi 50 Hz. Tegangan 220 V dan frequensi 50 Hz adalah standar listrik PLN di indonesia. frequensi 50 Hz menandakan bahwa listrik AC mengalami siklus bolak balik dalam satu perioda dalam waktu 1 / 50 dalam satuan second
T = 1 / F
T = Perioda ( second )
F = Frequensi ( Hz )
Jadi waktu yang diperlukan arus AC pada frequensi 50 Hz untuk menempuh siklus 1 perioda bolak balik adalah 1/50 = 0.02 second atau 20 mili second, atau bisa dibaca dalam 20 mili second arus listrik AC mengalami siklus positif dan negatif, artinya siklus positif 10 mili second dan siklus negatif 10 mili second. Skala 10 mili second tersebut untuk mata manusia tentu tidak akan terukur ( saking cepatnya ).
Untuk arus AC ini berlaku bahwa:
Daya semu ( S ) = V * I (VA)
Daya aktif ( P ) = V * I * cos Φ (Watt)
Daya reaktif ( Q ) = V * I * sin Φ (VAR)
V = Tegangan (dalam Volt)
I = Arus (dalam Ampere)
Cos Φ = Faktor daya
Atau untuk mengetahui nilai ketiga daya tersebut berlaku rumus matematika trigonometri, rumus bisa menyesuaikan berdasarkan data apa yang anda punya / ukur.
Untuk memahami penjelasan tentang 3 jenis daya ini sebaiknya anda baca dulu artikel memahami konsep segitiga daya
Jika anda sudah mulai setidaknya mengenal 2 jenis arus listrik tadi, mari kita mulai menuju ke pokok persoalan.
1. Listrik yang anda punya dirumah adalah listrik AC atau arus bolak balik, maka setidaknya perolehan daya yang diukur atau dihitung adalah menggunakan formula-formula AC yang tercantum diatas.
2. Beban -beban yang dipakai dirumah anda kebanyakan / hampir semuanya adalah beban yang bersifat induktif, seperti AC, TV, lampu dengan ballast, kulkas, aneka jenis pemanas listrik, dan sejenisnya.
Konsekwensi dari beban induktif ini adalah bahwa selain anda mengkonsumsi daya nyata P (watt) anda juga mengkonsumsi daya reaktif Q (Var), lihat segitiga daya diatas. Penjumlahan vektor dari daya nyata dan daya reaktif inilah disebut daya semu S (VA), dimana nilai VA ini jadi parameter PLN dalam memasang kapasitas pembatas arus di KWH rumah anda.
Sifat induktif ini menghasilkan sudut Φ yang biasa disebut phi ( selanjutnya saya cukup menyebut phi saja tidak dalam bentuk simbol, agar anda familiar dalam mendengar istilahnya). Lalu apa hubungannya sudut phi ini dengan ketiga daya diatas? yuk, kita refresh pelajaran smp kita tentang konsep trigonometri yang pernah saya sebut diatas, lihat kembali gambar segitiga diatas :
Saya hanya akan mengambil salah satu rumus trigonometri yang nantinya berhubungan dengan bahasan ini, karena kalau dibahas semua rumus yang ada bisa panjang dan lama...
P = S * Cos phi
= V * I * Cos phi
Pada aturan cosinus (cos), semakin kecil nilai sudut phi maka nilai cos phi akan semakin besar.
Semakin besar nilai Cos phi dalam dunia kelistrikan maka semakin bagus. besarnya nilai cos phi maksimum adalah 1, Istillah Cos phi ini akan anda kenal kemudian dengan sebutan faktor daya.
Pada beban induktif dirumah kita, semakin besar sifat induktifnya, maka akan semakin kecil nilai Cos phi nya karena sudut phi yang membesar. Jadi besarnya nilai sudut phi ini sangat bergantung pada sifat induktif beban yang mempunyai parameter Q (var).
Nilai Q (var) atau sifat beban Induktif ini bisa dikurangi nilainya dengan sifat kapasitif yang dimiliki oleh komponen yang bernama capasitor. Capasitor inilah yang merupakan komponen utama dalam Alat Penghemat Listrik yang sedang kita bahas.
Gambar diatas merupakan ilustrasi perbaikan faktor daya pada sebuah peralatan listrik yang bersifat induktif yang dikompensasi atau ditambahkan beban capasitif.
Q koreksi merupakan besarnya Q (var) capasitif yang mengurangi sifat Q (var) induktif yang dalam gambar terlihat sebelumnya bernilai hampir 2 kalinya. Setelah ada Q koreksi dari capasitor maka Q(var) nilainya turun / mengecil. Ketika Q (var) tersebut mengecil maka akan diikuti dengan turunnya nilai S (VA) lihat garis warna kuning (nilai S (VA) setelah dipasangkan Q koreksi).
Nilai S (VA) yang mengecil pada kondisi tegangan PLN yang relatif stabil menandakan nilai arus I yang turun. Artinya pemasangan beban capasitor dalam hal ini APL, akan membuat konsumsi arus menurun karena nilai Q (Var ) yang terkurangi nilai Q koreksi. Ini memang fakta yang tidak terelakan dan kebenarannya teruji secara empiris. Tetapi berdasarkan hal inilah terjadi kesalahan persepsi baik untuk si penjual APL itu sendiri ataupun bagi si pembeli ( Saya lebih menganggap si penjual ataupun si pembeli sama sama jadi korban salah persepsi, entah siapa yang merancangnya ). Seolah - olah penurunan arus I ini menunjukan penurunan watt konsumsinya, dengan dalih yang lebih meyakinkan lagi dengan mengeluarkan rumus listrik P = V * I ( Watt ), sehingga pada tegangan PLN yang relatif stabil, penurunan arus I sama dengan penurunan Watt konsumsi, padahal rumus atau pemahaman yang dikeluarkan adalah rumus nilai P pada listrik arus DC ( baca kembali di bahasan listrik DC diatas ). Ini teknik yang kalau boleh saya sebut "mengelabui" alias tidak nyambung dan bagi orang awam akan terlihat justru sangat nyambung, pun begitu bagi penjualnya ( terjebak ). Rumus listrik yang dipakai P = V * I pada listrik AC sebenarnya merupakan rumus daya semu S (VA) = V * I, bukannya rumus P (Watt).
Hal lain yang membuat orang sangat yakin bahwa APL bisa menghemat listrik adalah adanya fakta di lapangan dan testimoni para pengguna APL yang mengakui bahwa setelah memakai APL, MCB dirumahnya tidak pernah "ngejeglek" lagi. Dan dengan mudah mereka menyimpulkan bahwa APL memang menghemat listrik, padahal lagi-lagi mereka keliru. Untuk pernyataan KWH tidak "ngejeglek" karena pemasangan APL, saya setuju 100%, tapi untuk kesimpulan APL menghemat listrik, maaf saya 100 % tidak setuju.
MCB di KWH rumah fungsinya adalah sebagai pembatas arus I sesuai kontrak. Pada pemakaian Watt yang sama jika menghasilkan nilai arus I melebihi kontrak maka MCB akan "ngejeglek", dengan pemakaian APL maka pada pemakaian Watt yang sama akan muncul nilai Q koreksi yang membuat nilai S (VA) mengecil sehingga pada tegangan PLN yang relatif stabil, arus I menjadi turun ( lihat kembali penjelasan diatas ), oleh karena itu MCB di KWH tidak merasakan nilai arus I yang melebihi nilai kontraknya, sehingga MCB tersebut tidak "ngejeglek". Mengerti khan?
Lalu rumus P (Watt) mana yang harus dipake dirumah? Sekali lagi saya jelaskan, karena listrik dirumah adalah listrik AC maka rumus listrik AC lah yang harus dipake, dimana P = V * I * Cos phi, Cos phi inilah yang sering diabaikan, bahkan anda pun mungkin baru mengenal istilah cos phi ini. padahal nilai Cos phi yang diabaikan inilah salah satu penyebab kontroversi yang ada.
Yang jadi pertanyaan selanjutnya apakah penurunan arus I tidak membuat P Watt juga turun? Saya jawab TIDAK. Karena penurunan arus I diikuti pula dengan penurunan sudut phi atau naiknya nilai Cos phi ( lihat gambar segitiga perbaikan faktor daya diatas ) sehingga P = V * I * Cos phi (Watt) akan bernilai tetap. Mohon diingat kembali bahwa menjadikan semakin kecil sudut phi maka nilai cos phi akan semakin besar (teknik ini disebut teknik perbaikan factor daya). Artinya bisa disimpulkan begini, penurunan nilai arus I pada tegangan PLN yang relatif stabil akan diikuti dengan naiknya nilai cos phi sehingga konsumsi P (watt) pada tegangan yang relatif stabil tidak berubah. Lihat gambar kembali, kondisi P (Watt) garis horizontal yang berwarna biru, kondisi setelah dipakai Q koreksi dari capasitor adalah TETAP.
3. Listrik yang anda konsumsi dan harus dibayarkan ke PLN adalah daya nyata P ( Watt ) listrik AC / arus bolak-balik, kontrak KWH anda memang daya semu VA, tapi yang harus anda bayar adalah Watt. Sekali lagi saya katakan bahwa "kontrak KWH anda memang daya semu VA, tapi yang harus anda bayar adalah Watt". What ( emoticon kaget ) ??? iya... Watt !!! :) Kenapa saya katakan Watt? Mari perhatikan kembali, anda bayar ke PLN berdasarkan parameter apa, KWH kan? Pastinya tahu dong singkatan dari KWH? Yup, betul sekali... Kilo Watt Hour artinya Kilo Watt yang dikonsumsi dikalikan Hour atau jam operasi peralatan listrik anda.
Misalkan ada pertanyaan, berapa daya terpasang dirumah anda ? anda jawab sesuai kontrak dengan PLN, misalkan jawab 900. Nah nilai 900 ini sebenarnya adalah 900 VA bukan 900 watt ( jangan salah lagi ya... ), nilai VA ini sebenarnya merupakan nilai daya semu yang jadi acuan PLN memasang MCB utama di KWH dan tidak ada hubungannya dengan counter yang muter di KWH anda yang jadi tolak ukur pembayaran listrik. Dan nilai 900 VA ini sebenarnya nilai pembulatan saja, bagi anda pembaca yang kebetulan punya nilai daya terpasang yang sama silahkan tengok dan cek ke KWH anda, saya jamin MCB KWH yang terpasang adalah 4 Amper, atau biasa diberi kode di MCB tersebut C4. Penasaran darimana saya dapat nilai 4 A ?
Cek kembali rumus Daya Semu diatas, S = I * V, diketahui S = 900 VA; V = 220 V ( tegangan PLN di rumah ), maka :
I = S / V
= 900 VA / 220 V
= 4,09 A ( dipasaran MCB yang ada / sesuai adalah 4A )
Kenapa harus Watt? karena memang yang anda konsumsi itu daya nyata (watt) dan nilai watt dalam listrik arus bolak balik (AC) di rumah akan selalu dibawah nilai daya S (VA) karena beban yang bersifat induktif atau minimal nilai terkecil dari S (VA) adalah sama dengan nilai wattnya jika bisa melakukan perbaikan daya cos phi = 1, atau yang terjadi pada beban yang bersifat resistif ( R murni ), hanya untuk pengetahuan tambahan, tidak perlu anda pikirkan :)
Jadi setelah membaca argumen - argumen saya diatas, saya harap anda mulai mengerti bahwa yang anda bayar adalah P (Watt) bukan S (VA) yang menyamar sebagai P (Watt) yang membuat anda dan atau mungkin si penjual terjebak dalam sebuah kesalahan persepsi tentang APL.
Sekarang sudah mulai mengertikah kenapa APL sebenarnya tidak menghemat Listrik?
Timbul lagi sebuah pertanyaan, kenapa dipabrik - pabrik dipasang Capasitor bank dalam hal ini bisa diibaratkan sama dengan APL dirumah? Anda jangan menyamakan pemasangan capasitor di pabrik dengan dirumah. Untuk pemasangan capasitor dipabrik-pabrik justru bisa disebut upaya penghematan listrik, tapi bukan persepsi " penghematan listrik " yang beredar dimasyarakat, tapi penghematan dalam aspek lain yakni PLN dalam hal ini sebagai produsen listrik mengeluarkan kebijakan bahwa pabrik yang menyerap daya reaktif Q ( var ) yang melebihi batas akan dikenakan denda. ( untuk besarannya saya kurang tahu, mungkin ada teman-teman pembaca yang lebih kompeten menjawab besaran denda tersebut ). Oleh karena itu pemasangan Capasitor dipabrik dilakukan salah satunya sebagai upaya memperbaiki faktor daya untuk menghindari denda tersebut sehingga bisa / cocok jika pemasangan capasitor bank sebagai penghemat listrik. Disamping itu masih banyak juga keuntungan dari pemasangan capasitor bank tersebut bagi pabrik, ditinjau dari aspek lain, tapi saya hanya mengupas bahasan yang pada aspek yang relevan dengan kasus artikel ini saja.
Pernahkah anda mendengar bahwa pelanggan rumah dikenakan denda atas penyerapan Q ( var ) beban listrik mereka? Kalau jawaban saya sih tidak pernah dan jikalau ada yang mengatakan pernah didenda atas Q (var) beban dirumahnya, saya tidak akan mempercayainya. Kesimpulannya gampang saja, KWH yang PLN pasang dirumah anda hanya mencatat nilai counter KWH nya saja sebagai acuan pembayaran. Bagi anda yang memakai KWH lama yang pasca bayar, perhatikan tiap akhir bulan akan ada petugas pencatat KWH meter, yang dia tulis ya nilai counter KWH nya, jadi mana tahu pihak PLN tentang cos phi dan nilai Q (var) dirumah kita. Jadi, tidak pasang ataupun pasang capasitor ( APL ) sama sekali tak ada pengaruhnya terhadap pembayaran yang anda lakukan, toh ga bayar denda Q (var). Yang terjadi ketika anda memasang APL dirumah hanyalah perbaikan daya ( cos phi mendekati 1 ).
1.Transaksi anda sebagai pelanggan listrik dengan PLN adalah transaksi KWH atau konsumsi daya aktif P (kilo watt) dikalikan jam operasi. Bukan konsumsi daya semu S (VA).
2. APL untuk aplikasi dirumah tidak berfungsi sebagai penghemat listrik, tapi berfungsi sebagai alat perbaikan factor daya, tanpa mempengaruhi pembayaran konsumsi KWH anda ke PLN. Dalam hal ini saya merekomendasikan TIDAK USAH memasang alat ini. Anda yang memilih memasang silahkan saja selama tujuannya jelas.
3. Bagi rumah yang kapasitas daya terpasang terhadap konsumsi beban listriknya limit ( ada pada batas sedikit melebihi kontrak ) sehingga MCB utama KWH sering "ngejeglek", pemasanga APL bisa anda pertimbangkan, karena bisa menurunkan konsumsi arus I meskipun tidak merubah konsumsi P (Watt) yang harus dibayar. Meminta tambah daya ke PLN lebih baik jika seandainya kita mengabaikan faktor ekonomis.
4. Bagi anda yang "keukeuh" bahwa APL di rumah adalah alat penghemat listrik, saya bisa bantu anda meng iya kan, tapi harus merubah persepsi "hemat" yang anda yakini. Aspek hemat APL hanya pada kasus kesimpulan poin 3 yaitu KWH yang sering "ngejeglek" karena limit pemakaian. Penghematan yang terjadi adalah dengan memakai APL maka terjadi perbaikan daya atau cos phi mendekati 1 yang mengakibatkan konsumsi arus menurun sehingga MCB tidak "ngejeglek" lagi dan anda menjadi terbebas dari beban tambah daya ke PLN yang memerlukan biaya dan nantinya harga listrik per KWH nya berbeda / lebih mahal. Hanya itu menurut saya aspek penghematan dari pemasangan APL tersebut.
5. Saya sangat mengapresiasi bagi anda yang punya semangat menghemat listrik, tapi alangkah baiknya jika penghematan yang dilakukan baik dan benar. ( sebagai rekomendasi, baca artikel tips dan trik jitu menghemat listrik PLN )
6. Aspek penghematan Listrik yang benar harus mengacu pada nilai daya transaksi yaitu KWH yang memiliki 2 unsur : KW dan H. Artinya perkecil konsumsi daya P (Kilo Watt) dan atau perkecil jam operasi (Hours), bukan dengan pemasangan APL.
Demikianlah artikel singkat kelistrikan yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat, pertanyaan, saran ataupun masukan silahkan meninggalkan jejak dengan mengunjungi blog sumber aslinya yang tertera dibawah.
Wassalam.
Sumber: https://www.listrik-praktis.com/2015/10/kontroversi-alat-penghemat-listrik.html
Pernahkah anda ditawari alat penghemat listrik ( APL ) untuk rumah? atau anda pernah googling mencari alat penghemat listrik? terus anda merasa sangat terkagum kagum dengan demo langsung dari sales APL serta dengan bahasa-bahasa promosi dari tutorial alat APL ini mungkin anda tergiur membeli dan mencobanya?
Artikel ini saya beri judul " alat penghemat listrik, keliru! " karena memang bagi saya pribadi APL ini masih menjadi kontroversi dibalik persepsi masyarakat awam yang meyakini APL adalah solusi efektif menghemat listrik. Ada kekeliruan dimasyarakat tentang fungsi sebenarnya dari alat penghemat listrik ini.
kontroversi? ya, betul KONTROVERSI.... dari namanya alat penghemat listrik. Apa Anda yakin alat ini bisa menghemat listrik? Apa bisa tagihan listrik bulanan anda jadi berkurang dengan alat ini sedangkan pemakaian listrik tetap sama? Semua pertanyaan ini memang keragu - raguan dalam benak saya. Bukan keragu raguan yang tanpa dasar tentunya, tapi keraguan yang timbul justru karena dasar ilmu listrik yang pernah saya pelajari. Anda tidak percaya dan masih yakin APL ini membantu meringankan tagihan listrik anda? yuk... kita bahas pelan-pelan, mudah - mudahan pembaca yang awam dengan listrik pun bisa mencernanya.
Sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa terbitnya artikel ini semata mata tidak berniat untuk mendeskriditkan pihak tertentu. Ini hanya bentuk tanggung jawab moral saya terhadap masyarakat yang mungkin masih awam dengan kelistrikan sehingga mendapat sedikit pencerahan, karena memang saya juga bagian dari sebuah masyarakat. Benar tidaknya content artikel ini silahkan anda sikapi dengan bijak, tak ada paksaan sedikitpun untuk menggiring persepsi anda agar sama dengan saya. Persepsi yang baik jika didukung dengan ilmu yang relevan.
Baiklah, mari kita mulai dengan pemahaman beberapa konsep listrik yang paling mendasar yang nantinya bisa membantu anda memahami persepsi lain yang berbeda.
Menurut arah arusnya bahwa jenis listrik itu ada 2 macam yaitu listrik AC ( arus bolak-balik ) dan listrik DC ( arus searah )
Listrik DC
DC adalah singkatan dari Direct Current atau arus searah, dimana proses mengalirnya arus dalam listrik DC ini searah tidak mengalami siklus positif dan negatif yang saling bergantian. polaritas positif akan tetap menjadi positif dan begitupula yang negatif. Contoh dari listrik DC ini adalah bateray, generator DC, accumulator atau sering disebut dengan aki, dan sejenisnya.
Untuk listrik DC berlaku :
P = V * I (Watt)
P = Daya (dalam Watt)
V = Tegangan (dalam Volt)
I = Arus (dalam Ampere)
Jadi jika anda memiliki sebuah aki 12 Volt digunakan untuk menyalakan lampu sorot mobil, dan misalkan anda ukur arus yang menuju lampu tersebut adalah 1 Amper, maka daya listrik DC yang terpakai untuk menjadi cahaya berikut panas pada lampu tersebut adalah :
P = V * I
= 12 Volt * 1 Amper = 12 Watt
Jadi jika penunjukan arus yang anda lakukan seandainya lebih kecil dari 1 maka otomatis nilai watt nya akan turun juga. Mudah bukan? Tapi ingat bahwa rumus ini hanya berlaku untuk listrik DC ! catat ya!
Listrik AC
AC singkatan dari Alternating Current atau arus bolak - balik, dimana proses mengalirnya arus dalam listrik AC ini mengalami siklus yang bergantian / berubah polaritas / bolak-balik dalam 1 perioda. Perioda adalah waktu yang diperlukan untuk mengalami siklus bolak balik arus yang nilainya dipengaruhi besarnya nilai frequensi. Listrik AC ini sudah tidak asing lagi dimasyarakat kita karena contoh dari listrik AC ini kita pakai setiap hari dan kita sangat tergantung dengannya yakni listrik yang dihasilkan PLN, yang kita pakai dirumah kita.
Sering kali diperalatan anda melihat tulisan AC 220 V / 50 Hz, artinya spesifikasi kerja untuk peralatan tersebut adalah listrik AC dengan tegangan 220 V dan frequensi 50 Hz. Tegangan 220 V dan frequensi 50 Hz adalah standar listrik PLN di indonesia. frequensi 50 Hz menandakan bahwa listrik AC mengalami siklus bolak balik dalam satu perioda dalam waktu 1 / 50 dalam satuan second
T = 1 / F
T = Perioda ( second )
F = Frequensi ( Hz )
Jadi waktu yang diperlukan arus AC pada frequensi 50 Hz untuk menempuh siklus 1 perioda bolak balik adalah 1/50 = 0.02 second atau 20 mili second, atau bisa dibaca dalam 20 mili second arus listrik AC mengalami siklus positif dan negatif, artinya siklus positif 10 mili second dan siklus negatif 10 mili second. Skala 10 mili second tersebut untuk mata manusia tentu tidak akan terukur ( saking cepatnya ).
Untuk arus AC ini berlaku bahwa:
Daya semu ( S ) = V * I (VA)
Daya aktif ( P ) = V * I * cos Φ (Watt)
Daya reaktif ( Q ) = V * I * sin Φ (VAR)
V = Tegangan (dalam Volt)
I = Arus (dalam Ampere)
Cos Φ = Faktor daya
Segitiga daya listrik |
Atau untuk mengetahui nilai ketiga daya tersebut berlaku rumus matematika trigonometri, rumus bisa menyesuaikan berdasarkan data apa yang anda punya / ukur.
Untuk memahami penjelasan tentang 3 jenis daya ini sebaiknya anda baca dulu artikel memahami konsep segitiga daya
Jika anda sudah mulai setidaknya mengenal 2 jenis arus listrik tadi, mari kita mulai menuju ke pokok persoalan.
1. Listrik yang anda punya dirumah adalah listrik AC atau arus bolak balik, maka setidaknya perolehan daya yang diukur atau dihitung adalah menggunakan formula-formula AC yang tercantum diatas.
2. Beban -beban yang dipakai dirumah anda kebanyakan / hampir semuanya adalah beban yang bersifat induktif, seperti AC, TV, lampu dengan ballast, kulkas, aneka jenis pemanas listrik, dan sejenisnya.
Konsekwensi dari beban induktif ini adalah bahwa selain anda mengkonsumsi daya nyata P (watt) anda juga mengkonsumsi daya reaktif Q (Var), lihat segitiga daya diatas. Penjumlahan vektor dari daya nyata dan daya reaktif inilah disebut daya semu S (VA), dimana nilai VA ini jadi parameter PLN dalam memasang kapasitas pembatas arus di KWH rumah anda.
Sifat induktif ini menghasilkan sudut Φ yang biasa disebut phi ( selanjutnya saya cukup menyebut phi saja tidak dalam bentuk simbol, agar anda familiar dalam mendengar istilahnya). Lalu apa hubungannya sudut phi ini dengan ketiga daya diatas? yuk, kita refresh pelajaran smp kita tentang konsep trigonometri yang pernah saya sebut diatas, lihat kembali gambar segitiga diatas :
Saya hanya akan mengambil salah satu rumus trigonometri yang nantinya berhubungan dengan bahasan ini, karena kalau dibahas semua rumus yang ada bisa panjang dan lama...
P = S * Cos phi
= V * I * Cos phi
Pada aturan cosinus (cos), semakin kecil nilai sudut phi maka nilai cos phi akan semakin besar.
Semakin besar nilai Cos phi dalam dunia kelistrikan maka semakin bagus. besarnya nilai cos phi maksimum adalah 1, Istillah Cos phi ini akan anda kenal kemudian dengan sebutan faktor daya.
Pada beban induktif dirumah kita, semakin besar sifat induktifnya, maka akan semakin kecil nilai Cos phi nya karena sudut phi yang membesar. Jadi besarnya nilai sudut phi ini sangat bergantung pada sifat induktif beban yang mempunyai parameter Q (var).
Nilai Q (var) atau sifat beban Induktif ini bisa dikurangi nilainya dengan sifat kapasitif yang dimiliki oleh komponen yang bernama capasitor. Capasitor inilah yang merupakan komponen utama dalam Alat Penghemat Listrik yang sedang kita bahas.
ilustrasi perbaikan faktor daya |
Gambar diatas merupakan ilustrasi perbaikan faktor daya pada sebuah peralatan listrik yang bersifat induktif yang dikompensasi atau ditambahkan beban capasitif.
Q koreksi merupakan besarnya Q (var) capasitif yang mengurangi sifat Q (var) induktif yang dalam gambar terlihat sebelumnya bernilai hampir 2 kalinya. Setelah ada Q koreksi dari capasitor maka Q(var) nilainya turun / mengecil. Ketika Q (var) tersebut mengecil maka akan diikuti dengan turunnya nilai S (VA) lihat garis warna kuning (nilai S (VA) setelah dipasangkan Q koreksi).
Nilai S (VA) yang mengecil pada kondisi tegangan PLN yang relatif stabil menandakan nilai arus I yang turun. Artinya pemasangan beban capasitor dalam hal ini APL, akan membuat konsumsi arus menurun karena nilai Q (Var ) yang terkurangi nilai Q koreksi. Ini memang fakta yang tidak terelakan dan kebenarannya teruji secara empiris. Tetapi berdasarkan hal inilah terjadi kesalahan persepsi baik untuk si penjual APL itu sendiri ataupun bagi si pembeli ( Saya lebih menganggap si penjual ataupun si pembeli sama sama jadi korban salah persepsi, entah siapa yang merancangnya ). Seolah - olah penurunan arus I ini menunjukan penurunan watt konsumsinya, dengan dalih yang lebih meyakinkan lagi dengan mengeluarkan rumus listrik P = V * I ( Watt ), sehingga pada tegangan PLN yang relatif stabil, penurunan arus I sama dengan penurunan Watt konsumsi, padahal rumus atau pemahaman yang dikeluarkan adalah rumus nilai P pada listrik arus DC ( baca kembali di bahasan listrik DC diatas ). Ini teknik yang kalau boleh saya sebut "mengelabui" alias tidak nyambung dan bagi orang awam akan terlihat justru sangat nyambung, pun begitu bagi penjualnya ( terjebak ). Rumus listrik yang dipakai P = V * I pada listrik AC sebenarnya merupakan rumus daya semu S (VA) = V * I, bukannya rumus P (Watt).
Hal lain yang membuat orang sangat yakin bahwa APL bisa menghemat listrik adalah adanya fakta di lapangan dan testimoni para pengguna APL yang mengakui bahwa setelah memakai APL, MCB dirumahnya tidak pernah "ngejeglek" lagi. Dan dengan mudah mereka menyimpulkan bahwa APL memang menghemat listrik, padahal lagi-lagi mereka keliru. Untuk pernyataan KWH tidak "ngejeglek" karena pemasangan APL, saya setuju 100%, tapi untuk kesimpulan APL menghemat listrik, maaf saya 100 % tidak setuju.
MCB di KWH rumah fungsinya adalah sebagai pembatas arus I sesuai kontrak. Pada pemakaian Watt yang sama jika menghasilkan nilai arus I melebihi kontrak maka MCB akan "ngejeglek", dengan pemakaian APL maka pada pemakaian Watt yang sama akan muncul nilai Q koreksi yang membuat nilai S (VA) mengecil sehingga pada tegangan PLN yang relatif stabil, arus I menjadi turun ( lihat kembali penjelasan diatas ), oleh karena itu MCB di KWH tidak merasakan nilai arus I yang melebihi nilai kontraknya, sehingga MCB tersebut tidak "ngejeglek". Mengerti khan?
Lalu rumus P (Watt) mana yang harus dipake dirumah? Sekali lagi saya jelaskan, karena listrik dirumah adalah listrik AC maka rumus listrik AC lah yang harus dipake, dimana P = V * I * Cos phi, Cos phi inilah yang sering diabaikan, bahkan anda pun mungkin baru mengenal istilah cos phi ini. padahal nilai Cos phi yang diabaikan inilah salah satu penyebab kontroversi yang ada.
Yang jadi pertanyaan selanjutnya apakah penurunan arus I tidak membuat P Watt juga turun? Saya jawab TIDAK. Karena penurunan arus I diikuti pula dengan penurunan sudut phi atau naiknya nilai Cos phi ( lihat gambar segitiga perbaikan faktor daya diatas ) sehingga P = V * I * Cos phi (Watt) akan bernilai tetap. Mohon diingat kembali bahwa menjadikan semakin kecil sudut phi maka nilai cos phi akan semakin besar (teknik ini disebut teknik perbaikan factor daya). Artinya bisa disimpulkan begini, penurunan nilai arus I pada tegangan PLN yang relatif stabil akan diikuti dengan naiknya nilai cos phi sehingga konsumsi P (watt) pada tegangan yang relatif stabil tidak berubah. Lihat gambar kembali, kondisi P (Watt) garis horizontal yang berwarna biru, kondisi setelah dipakai Q koreksi dari capasitor adalah TETAP.
3. Listrik yang anda konsumsi dan harus dibayarkan ke PLN adalah daya nyata P ( Watt ) listrik AC / arus bolak-balik, kontrak KWH anda memang daya semu VA, tapi yang harus anda bayar adalah Watt. Sekali lagi saya katakan bahwa "kontrak KWH anda memang daya semu VA, tapi yang harus anda bayar adalah Watt". What ( emoticon kaget ) ??? iya... Watt !!! :) Kenapa saya katakan Watt? Mari perhatikan kembali, anda bayar ke PLN berdasarkan parameter apa, KWH kan? Pastinya tahu dong singkatan dari KWH? Yup, betul sekali... Kilo Watt Hour artinya Kilo Watt yang dikonsumsi dikalikan Hour atau jam operasi peralatan listrik anda.
Misalkan ada pertanyaan, berapa daya terpasang dirumah anda ? anda jawab sesuai kontrak dengan PLN, misalkan jawab 900. Nah nilai 900 ini sebenarnya adalah 900 VA bukan 900 watt ( jangan salah lagi ya... ), nilai VA ini sebenarnya merupakan nilai daya semu yang jadi acuan PLN memasang MCB utama di KWH dan tidak ada hubungannya dengan counter yang muter di KWH anda yang jadi tolak ukur pembayaran listrik. Dan nilai 900 VA ini sebenarnya nilai pembulatan saja, bagi anda pembaca yang kebetulan punya nilai daya terpasang yang sama silahkan tengok dan cek ke KWH anda, saya jamin MCB KWH yang terpasang adalah 4 Amper, atau biasa diberi kode di MCB tersebut C4. Penasaran darimana saya dapat nilai 4 A ?
Cek kembali rumus Daya Semu diatas, S = I * V, diketahui S = 900 VA; V = 220 V ( tegangan PLN di rumah ), maka :
I = S / V
= 900 VA / 220 V
= 4,09 A ( dipasaran MCB yang ada / sesuai adalah 4A )
Kenapa harus Watt? karena memang yang anda konsumsi itu daya nyata (watt) dan nilai watt dalam listrik arus bolak balik (AC) di rumah akan selalu dibawah nilai daya S (VA) karena beban yang bersifat induktif atau minimal nilai terkecil dari S (VA) adalah sama dengan nilai wattnya jika bisa melakukan perbaikan daya cos phi = 1, atau yang terjadi pada beban yang bersifat resistif ( R murni ), hanya untuk pengetahuan tambahan, tidak perlu anda pikirkan :)
Jadi setelah membaca argumen - argumen saya diatas, saya harap anda mulai mengerti bahwa yang anda bayar adalah P (Watt) bukan S (VA) yang menyamar sebagai P (Watt) yang membuat anda dan atau mungkin si penjual terjebak dalam sebuah kesalahan persepsi tentang APL.
Sekarang sudah mulai mengertikah kenapa APL sebenarnya tidak menghemat Listrik?
Timbul lagi sebuah pertanyaan, kenapa dipabrik - pabrik dipasang Capasitor bank dalam hal ini bisa diibaratkan sama dengan APL dirumah? Anda jangan menyamakan pemasangan capasitor di pabrik dengan dirumah. Untuk pemasangan capasitor dipabrik-pabrik justru bisa disebut upaya penghematan listrik, tapi bukan persepsi " penghematan listrik " yang beredar dimasyarakat, tapi penghematan dalam aspek lain yakni PLN dalam hal ini sebagai produsen listrik mengeluarkan kebijakan bahwa pabrik yang menyerap daya reaktif Q ( var ) yang melebihi batas akan dikenakan denda. ( untuk besarannya saya kurang tahu, mungkin ada teman-teman pembaca yang lebih kompeten menjawab besaran denda tersebut ). Oleh karena itu pemasangan Capasitor dipabrik dilakukan salah satunya sebagai upaya memperbaiki faktor daya untuk menghindari denda tersebut sehingga bisa / cocok jika pemasangan capasitor bank sebagai penghemat listrik. Disamping itu masih banyak juga keuntungan dari pemasangan capasitor bank tersebut bagi pabrik, ditinjau dari aspek lain, tapi saya hanya mengupas bahasan yang pada aspek yang relevan dengan kasus artikel ini saja.
Pernahkah anda mendengar bahwa pelanggan rumah dikenakan denda atas penyerapan Q ( var ) beban listrik mereka? Kalau jawaban saya sih tidak pernah dan jikalau ada yang mengatakan pernah didenda atas Q (var) beban dirumahnya, saya tidak akan mempercayainya. Kesimpulannya gampang saja, KWH yang PLN pasang dirumah anda hanya mencatat nilai counter KWH nya saja sebagai acuan pembayaran. Bagi anda yang memakai KWH lama yang pasca bayar, perhatikan tiap akhir bulan akan ada petugas pencatat KWH meter, yang dia tulis ya nilai counter KWH nya, jadi mana tahu pihak PLN tentang cos phi dan nilai Q (var) dirumah kita. Jadi, tidak pasang ataupun pasang capasitor ( APL ) sama sekali tak ada pengaruhnya terhadap pembayaran yang anda lakukan, toh ga bayar denda Q (var). Yang terjadi ketika anda memasang APL dirumah hanyalah perbaikan daya ( cos phi mendekati 1 ).
Kesimpulan
1.Transaksi anda sebagai pelanggan listrik dengan PLN adalah transaksi KWH atau konsumsi daya aktif P (kilo watt) dikalikan jam operasi. Bukan konsumsi daya semu S (VA).
2. APL untuk aplikasi dirumah tidak berfungsi sebagai penghemat listrik, tapi berfungsi sebagai alat perbaikan factor daya, tanpa mempengaruhi pembayaran konsumsi KWH anda ke PLN. Dalam hal ini saya merekomendasikan TIDAK USAH memasang alat ini. Anda yang memilih memasang silahkan saja selama tujuannya jelas.
3. Bagi rumah yang kapasitas daya terpasang terhadap konsumsi beban listriknya limit ( ada pada batas sedikit melebihi kontrak ) sehingga MCB utama KWH sering "ngejeglek", pemasanga APL bisa anda pertimbangkan, karena bisa menurunkan konsumsi arus I meskipun tidak merubah konsumsi P (Watt) yang harus dibayar. Meminta tambah daya ke PLN lebih baik jika seandainya kita mengabaikan faktor ekonomis.
4. Bagi anda yang "keukeuh" bahwa APL di rumah adalah alat penghemat listrik, saya bisa bantu anda meng iya kan, tapi harus merubah persepsi "hemat" yang anda yakini. Aspek hemat APL hanya pada kasus kesimpulan poin 3 yaitu KWH yang sering "ngejeglek" karena limit pemakaian. Penghematan yang terjadi adalah dengan memakai APL maka terjadi perbaikan daya atau cos phi mendekati 1 yang mengakibatkan konsumsi arus menurun sehingga MCB tidak "ngejeglek" lagi dan anda menjadi terbebas dari beban tambah daya ke PLN yang memerlukan biaya dan nantinya harga listrik per KWH nya berbeda / lebih mahal. Hanya itu menurut saya aspek penghematan dari pemasangan APL tersebut.
5. Saya sangat mengapresiasi bagi anda yang punya semangat menghemat listrik, tapi alangkah baiknya jika penghematan yang dilakukan baik dan benar. ( sebagai rekomendasi, baca artikel tips dan trik jitu menghemat listrik PLN )
6. Aspek penghematan Listrik yang benar harus mengacu pada nilai daya transaksi yaitu KWH yang memiliki 2 unsur : KW dan H. Artinya perkecil konsumsi daya P (Kilo Watt) dan atau perkecil jam operasi (Hours), bukan dengan pemasangan APL.
Demikianlah artikel singkat kelistrikan yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat, pertanyaan, saran ataupun masukan silahkan meninggalkan jejak dengan mengunjungi blog sumber aslinya yang tertera dibawah.
Sumber: https://www.listrik-praktis.com/2015/10/kontroversi-alat-penghemat-listrik.html
Related Posts